“Pipir lepen”, artinya tepi sungai dalam bahasa Jawa. Kafe ini punya lokasi unik banget, yaitu di Jalan Brawijaya, tepatnya di dalam Pasar Bunga Splendid, dan berada di pinggir Kali Brantas yang melintasi kawasan tersebut.
Jadi meski di tengah kota, boleh lah kita namai hidden gem yang beneran hidden ini sih. Soalnya jalan masuknya berasa mau bertualang ke dunia lain. Turun melewati tangga, lalu masuk ke terowongan, dan tadaaaa… tiba-tiba ada di tempat makan yang asri dengan suara gemericik air sungai.
Tenang jangan jiper yah, di sini memang banyak yang nongkrong anak-anak muda.. tapi banyak kok orang-orang dewasa, keluarga, bawa anak kayak kita. Bahkan ada kursi bayi juga tersedia. It’s okay, nggak se-alien itu kok kita di sana, ahahaha.
Ambiance
Konsep kafe ini memang menyatu dengan alam gitu, namanya juga ada di dalam pasar bunga. Jadi tempatnya memang nggak se-fancy kafe-kafe industrial, classic, atau apalah gitu. Nggak merhatikan ada wifi apa enggak, tapi kayaknya mejanya juga nggak cukup untuk laptopan sambil makan.
Musik yang diputar kekinian, bukan pop jawa atau koplo. Kesukaan anak muda banget lah karena yang ngelola juga sepertinya anak-anak muda.
Seatingnya kayu-kayu, gazebo, dan beberapa tempat duduk dari kaleng gitu. Kebun mini dan juga beberapa kolam berisi ikan koi gendut-gendut bikin adem dan nyegerin mata.
Memang berasa lagi di tempat lain gitu, di bawah hiruk pikuk jalanan kota yang tidak terdengar.
Menu dan Harga
Menu makanan minuman Pipir Lepen cukup banyak pilihan. Dari makanan berat seperti nasi sambal tongkol, mie pangsit, sampai makanan ringan seperti cireng, dan minuman hangat wedang-wedangan sampai es-es an.
Lihat harganya, terjangkau banget kaann… kayaknya bawa 50k aja udah cukup dapat makan minum dan camilan. Saya udah pernah makan nasi, mie, dan beberapa minumannya baik yang es maupun yang anget. Dari segi porsi cukupan banget, nggak cimit-cimit meski harga minimalis. Tetap bikin kenyang.
Nasi goreng paci-paci yang saya pesan tampilannya baik dan rasanya wenaaakkkk, sedikit hangat karena rempah tapi tertolerir banget. Nasinya tergoreng mateng dengan bumbu rempah yang merata.
Kemudian mie kaldu maya dengan kuah kaldu yang kental, creamy, diberi topping ayam asap dan jamur ini asli enaaaakkk sampai kuahnya habis diseruput. Nggak kalah deh sama Mie Cendana di Pasar Klojen itu. Sepintas kayak sedikit soalnya mangkoknya berdiameter kecil tapi isinya ternyata sampai bisa dimakan berdua, nggak nyesel pokoknya.
Untuk minuman rempahnya juga di sini jos banget sih, recommended semua. Better nyobain satu-satu tiap kali berkunjung. Sayangnya belum sempat nyoba kopi-kopian karena lagi nggak pengen.
Sedangkan untuk camilan baru nyoba pisang goreng sama cireng. Cirengnya transparan tapi mateng kok, ya emang agak lama sih ya goreng cireng itu…dan sepertinya juga tidak bikin sendiri, tapi tetep asik sih dimakan sambil ngobrol atau sekadar memandang aliran
sungai.
Pipir Lepen ini beneran jadi tempat nongki asik yang murah meriah. Makanya hampir selalu rame banget tapi tenang aja seatingnya cukup banyak kok.
Saran Dari Warga
Kalau boleh saran-saran sih, di turunan pas mau masuk hendaknya sampah-sampah dibersihkan karena walaupun kebun-kebun dengan tanaman bagus kan lebih apik kalau nggak ada sampah tisu atau botol bekas. Supaya nggak terkesan kumuh.
Di sini memang nggak ada pemisahan smoking dan non-smoking, so mind your expectation lah ya. Kalau ada bau-bau asep rokok ya bagaimana lagi…konsepnya outdoor gini.
Lalu apa jadinya kalau musim hujan? Saya belum pernah, tapi di sini kan dominan outdoor jelas pasti teles kebes sih meski bernaung di bawah yang ada atapnya. Juga agak-agak risky juga di tangganya yaaa…