Masakan Indonesia dikenal karena kaya rasa dan penuh rempah, hampir semua bumbunya tuh medok banget. Taste seperti ini kurang lebih dihasilkan oleh teknik dan waktu masak yang cukup panjang. Jadi bisa juga dibilang waktu/durasi masak adalah bumbu rahasia faktor yang bikin sedap masakan.
Namun, di balik lamanya proses memasak, tersembunyi filosofi tentang kesabaran, ketekunan, dan cinta dalam mengolah bahan menjadi sajian yang memikat hati dan lidah. Beberapa hidangan khas Indonesia bahkan bisa memakan waktu berjam-jam, bahkan seharian, hanya untuk mencapai rasa dan tekstur yang sempurna.
Mari kita tengok beberapa contoh masakan Indonesia yang membutuhkan proses masak lama, apa saja?
Rendang, Mahakarya Kuliner dari Minangkabau

Rendang mungkin adalah contoh paling ikonik dari masakan Indonesia yang membutuhkan waktu memasak sangat lama. Hidangan ini berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat, dan biasa disajikan dalam acara-acara adat atau hari besar. Daging sapi dimasak bersama santan dan campuran rempah seperti lengkuas, serai, kunyit, jahe, bawang merah, bawang putih, dan cabe.
Proses memasak rendang bisa memakan waktu hingga 6-8 jam. Awalnya, daging dimasak dalam santan yang kaya rempah hingga santan mengering perlahan. Semakin lama dimasak, santan akan berubah menjadi minyak dan bumbu akan semakin meresap ke dalam daging. Warna rendang berubah dari cokelat muda menjadi gelap kehitaman.
Kenapa harus selama itu? Karena durasi panjang memungkinkan daging menjadi sangat empuk, rempah-rempah benar-benar menyatu, dan hasil akhirnya adalah rendang yang tahan lama, bisa disimpan hingga berminggu-minggu tanpa pengawet. Rasanya? Kompleks, pedas, gurih, dengan sentuhan manis yang halus dan mendunia!
Gudeg, Manisnya Kesabaran dari Yogyakarta

Berbeda dari rendang yang pedas dan kaya rempah, gudeg adalah sajian manis yang tenang dan kalem, mencerminkan karakter khas masyarakat Yogyakarta. Gudeg terbuat dari bahan-bahan sederhana yang dulunya tidak begitu dihargai: nangka muda yang dimasak bersama santan, gula merah, dan aneka rempah seperti daun salam, lengkuas, serta bawang.
Memasak gudeg bisa memakan waktu hingga 8–12 jam. Prosesnya dilakukan dengan api kecil dan perlahan, biasanya dalam kuali besar dari tanah liat. Semakin lama dimasak, gudeg akan berwarna semakin gelap dan teksturnya menjadi lembut, hampir seperti selai yang berserat.
Mengapa perlu selama itu? Karena nangka muda butuh waktu agar empuk sempurna dan bisa menyerap manis gurihnya bumbu. Gudeg yang baik tak sekadar manis, tapi punya kedalaman rasa: ada gurih dari santan, aroma khas dari daun jati (jika dipakai), dan kelembutan tekstur yang mengingatkan kita bahwa tidak semua hal enak datang dengan cepat.
Dodol yang Manis tapi Melelahkan
Dodol mungkin lebih sering kita temui saat lebaran atau perayaan besar lainnya. Teksturnya kenyal dan rasa manis legitnya khas. Bahan dasarnya biasanya adalah tepung ketan, santan, dan gula merah. Tapi jangan terkecoh oleh daftar bahan yang tampak sederhana—membuat dodol adalah ujian stamina sejati.
Proses memasak dodol bisa memakan waktu antara 6–9 jam. Selama itu, adonan harus diaduk terus-menerus agar tidak gosong di dasar wajan besar. Proses pengadukan ini bukan pekerjaan santai—butuh kekuatan otot dan kerja sama, karena adonan dodol yang memanas jadi berat dan lengket.
Kenapa lama? Karena air dalam adonan harus menguap perlahan agar dodol bisa mengental dan membentuk tekstur kenyal yang khas. Hasil akhirnya adalah dodol yang padat, berminyak alami, dan tahan lama. Rasa manisnya tidak sekadar gula, tapi hasil dari proses panjang yang memperdalam cita rasa.
Ayam Betutu Bali
Dari Bali, kita mengenal ayam betutu. Ayam utuh yang diisi dengan bumbu base genep (campuran rempah yang sangat lengkap, seperti bawang, kunyit, jahe, kemiri, daun jeruk, dan cabe) kemudian dibungkus daun pisang dan dipanggang perlahan dalam bara sekam.
Proses memasaknya bisa berlangsung antara 6–8 jam. Ini bukan panggang ala oven modern, melainkan panggangan tradisional yang mengandalkan bara api yang hangat dan stabil. Ayam dibiarkan “beristirahat” di dalam bara hingga dagingnya lembut dan semua bumbu menyatu hingga ke tulang.
Kenapa harus sabar? Karena betutu yang terburu-buru tak akan mampu menghasilkan rasa kompleks dan aroma khas yang begitu memikat. Betutu yang dimasak lama memberikan sensasi rasa smoky yang elegan, pedas, gurih, dan sangat aromatik, sehangat suasana matahari terbenam di Uluwatu.
Mandai, Fermentasi Rasa dari Kalimantan
Berbeda dari yang lain, mandai adalah proses pengawetan kulit cempedak yang difermentasi. Kulit buah ini dipotong, dibersihkan, kemudian direndam dalam air garam dan disimpan dalam toples tertutup selama beberapa hari, bahkan bisa sampai berminggu-minggu. Setelah difermentasi, mandai biasanya digoreng hingga renyah.
Proses fermentasinya mungkin tidak melibatkan api, tapi tetap termasuk “masakan lama” karena waktu tunggunya yang panjang. Lama fermentasi inilah yang membuat mandai punya cita rasa unik—asam, asin, dan sedikit pahit, tapi dengan sensasi umami yang kuat.
Kenapa dibiarkan selama itu? Karena fermentasi adalah kunci terbentuknya rasa khas mandai. Teksturnya menjadi empuk tapi berserat, dan ketika digoreng, bagian luarnya bisa renyah sedangkan dalamnya lembut. Rasa gurih asinnya bisa mengimbangi nasi panas dan lauk lain dengan sangat pas.
Empal Gentong (Cirebon)
Meskipun tampak seperti gulai biasa, empal gentong punya keunikan tersendiri. Daging sapi, terutama bagian tetelan atau usus, dimasak dalam santan dan rempah-rempah khas seperti kunyit, ketumbar, dan kencur. Proses memasaknya bisa memakan waktu 4–5 jam, apalagi kalau menggunakan kayu bakar dalam gentong tanah liat asli, yang menjadi ciri khasnya.
Kenapa lama? Karena butuh waktu agar daging menjadi sangat empuk dan kuah menjadi kental serta kaya rasa. Rempah yang meresap pelan-pelan ke dalam serat daging menghasilkan rasa yang dalam dan gurih. Pastikan makan di tempat empal gentong rekomendasi supaya nggak zonk. Kuah empal enak diseruput pelan-pelan, ditemani lontong atau nasi hangat, dan sambal berbasis cabai kering yang bikin berkeringat tapi bahagia.
Rawon, Empuk dan Ledok

Rawon sekilas tampak sederhana: sup daging sapi berkuah hitam. Tapi warna hitam itu berasal dari kluwek (biji) yang harus diolah hati-hati karena beracun bila mentah. Proses merebus daging hingga empuk memakan waktu 3–4 jam, belum termasuk waktu mengolah kluwek agar aman dan mengeluarkan aroma khasnya.
Durasi panjang dibutuhkan agar daging bisa menyerap bumbu-bumbu seperti bawang, ketumbar, lengkuas, dan tentu saja kluwek. Hasil akhirnya adalah kuah yang pekat, beraroma unik agak asam dan earthy dengan daging yang empuk dan kaya rasa. Rawon bukan cuma soal rasa, tapi juga sensasi nostalgia akan rumah dan hari hujan.
National Geographic, 2020, rawon terpilih menjadi sup paling enak se-Asia dari 12 besar sup terenak di Asia versi TasteAtlas dalam TasteAtlas Award 2020, situs kuliner dari Kroasia yang berfokus membuat ulasan tentang berbagai makanan dari seluruh dunia, meliputi makanan lokal, makanan tradisional, serta resep autentik dan ulasan dari para ahli.
Bakakak Hayam (Sunda)
Bakakak hayam adalah ayam utuh yang dibelah dan dimarinasi dalam bumbu khas Sunda, terdiri dari bawang merah, bawang putih, ketumbar, kemiri, dan gula merah, lalu dibakar atau dipanggang perlahan selama 3–4 jam. Dalam versi tradisionalnya, ayam dimasak di atas bara arang atau dalam oven bambu.
Durasi panjang penting untuk memastikan daging ayam meresap bumbu sampai ke dalam dan matang sempurna tanpa kering. Hasil akhirnya adalah ayam yang beraroma manis gurih, dagingnya empuk, dan kulitnya renyah dengan rasa karamelisasi alami dari gula merah.
Semua masakan ini, meskipun berasal dari daerah berbeda, memiliki benang merah: waktu adalah bumbu utama. Lamanya waktu memasak bukan sekadar proses teknis, tapi juga bagian dari budaya. Mereka mengajarkan bahwa dalam kehidupan seperti dalam masakan rasa terbaik lahir dari proses yang panjang, penuh perhatian, dan tidak bisa diburu-buru. Kadang, untuk sesuatu yang benar-benar enak, kita memang harus rela menunggu, worth to wait pokoknya.
Menarik sekali informasi ini, dari sekian bagian hidup rasanya memasak yang belum bisa dinikmati dengan baik. Melalui tulisan ini jadi ingin terus mencobanya nanti.
Makanan memang akan selalu punya rahasia disetiap rasanya, beribu tahun terbukti makanan punya kisah yang menembus peradaban. Jadi berpikir, tidak salah kalau Davinci seorang pelukis itu bilang orang yang paling cerdas dalam hidup yaitu pinter masak. ( Tertulis dalam buku Davinci Code )
Anw belum tahu makanan Mandai, Fermentasi Rasa dari Kalimantan. Jadi pengen nyoba hihihi