Pada tahu nggak sih, kalau pemerintah Indonesia punya program yang namanya Indonesia Spice Up The World (ISUTW)? Mungkin ada yang baru dengar? Sama, saya juga baru dengar belakangan ini pas lagi ngobrol dengan teman-teman yang bekerja di kementerian terkait.
Indonesia Spice Up The World (ISUTW) adalah gerakan nasional yang diinisiasi pemerintah untuk tujuan meningkatkan nilai ekonomi di pariwisata, perdagangan dan investasi melalui industri gastronomi. Diluncurkan pada tahun 2021 dengan tujuan untuk meningkatkan popularitas bumbu dan rempah-rempah Indonesia di kancah internasional.
Tujuan utama ISUTW
Secara kuantitatif dan terukur, ISUTW ini punya tujuan yang noble, yaitu
Meningkatkan nilai ekspor rempah dan produk bumbu Indonesia hingga mencapai USD 2 miliar pada tahun 2024.
Menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata kuliner terdepan di dunia.
Memperkuat brand awareness produk bumbu dan rempah Indonesia di pasar global.
Target ISUTW
Harapannya, lewat program Indonesia Spice Up The World ini dapat mengembangkan dan menguatkan restoran Indonesia di luar negeri, atau sebagai bagian dari gastrodiplomasi restoran.
Role modelnya tentu kita bisa ambil dari Asian best practice, kayak Thailand dengan tomyum, dan Vietnam dengan pho-nya. Maunya Indonesia juga bisa seperti itu dengan mengunggulkan masakan yang melibatkan rempah-rempah khas Indonesia, sehingga ekspor pangan olahan meningkat mencapai USD 2 miliar.
Sejauh ini program Indonesia Spice Up The World telah berjalan dengan pilot project: rendang. Selain itu ada beberapa bumbu lain yang akan dipromosikan di antaranya: bumbu nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado.
Kemudian juga diikuti berbagai bumbu pendukung lainnya, seperti kecap manis dan kacang tanah. Sementara untuk bumbu rempah prioritas ekspor Indonesia berupa lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis, dan vanila.
Dengan pengenalan ini ke depannya tidak hanya mendorong pertumbuhan kuliner dan restoran Indonesia di luar negeri saja. Namun sekaligus menarik wisatawan untuk datang ke Indonesia guna mencicipi langsung berbagai kuliner dengan berbagai rempah khas.
Targetnya nggak main-main sih, pada tahun 2024 ada 4000 restoran Indonesia di luar negeri!!
Lantas, sudah ada berapa resto Indonesia di tahun ini yang tinggal 5 bulan lagi habis?
Hingga Juli 2024, program Indonesia Spice Up The World (ISUTW) belum mencapai targetnya secara keseluruhan.
Untuk nilai ekspor rempah dan produk bumbu yang ditargetkan mencapai USD 2 miliar, nyatanya per Januari 2024 baru mencapai USD 1,02 miliar alias masih separuhnya banget yaaa. Sementara itu jumlah restoran Indonesia di luar negeri tercatat baru ada 1.300 per Maret 2023 (mungkinkah per Maret 2024 jumlahnya sudah bertambah, atau justru berkurang?)
Well, beberapa hal memang perlu dievaluasi. Terutama pemerintah sebagai sponsor utama program ini, yang tidak bisa hanya mengandalkan sektor kreatif dalam menyukseskan pencapaian target. Sejauh mana keterlibatan pemerintah terkait? Sebesar apa dukungan anggaran dari kementerian inti? Bagaimana behaviour, personal branding dari tiap-tiap ambassador (warga negara) yang merepresentasikan Indonesia?
Ya zuzur aja, selama pecel masih ditranslate sebagai vegetable with peanut sauce, kita akan kalah terus sama pad thai yang tetap pad thai, pho yang tetap pho. Padahal ini program udah jalan dari 2021 loh, bukan waktu yang sebentar jika saja digarap dengan serius bukan kebanyakan jargon dan wacana.
Yah, meskipun belum mencapai target, ISUTW telah menunjukkan beberapa pencapaian positif, seperti:
- Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional terhadap rempah-rempah dan kuliner Indonesia.
- Bertambahnya jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia untuk mencicipi kulinernya.
- Ciptaan lapangan kerja di sektor pariwisata dan kuliner.
- Peningkatan pendapatan para pelaku usaha UMKM.
1 Comment